Jumat, 25 April 2025

bukittinggi - minangkabau - sumatera barat

Bukittinggi memiliki sejarah panjang dan kaya, dimulai dari masa kolonial Belanda hingga era kemerdekaan. Kota ini, yang dulunya dikenal sebagai Fort de Kock, menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Bukittinggi juga dikenal sebagai tempat kelahiran beberapa tokoh penting, seperti Mohammad Hatta dan tokoh pendiri Republik Indonesia lainnya. 

Sejarah kota bukittinggi :
- Masa Kolonial Belanda
Bukittinggi dikuasai Belanda sejak tahun 1837 setelah mengalahkan kaum Padri.
Ditetapkan sebagai ibu kota residensi Padangsche Bovenlanden (Padang Dataran Tinggi).
Dijuluki sebagai "Paris van Sumatra" karena keindahan dan kemegahannya.
Pembangunan benteng Fort de Kock sebagai pertahanan.
Kota ini menjadi tempat peristirahatan para opsir Belanda.
Pembangunan Gemetelyk Resort pada tahun 1828 menandai peningkatan peran Bukittinggi dalam ketatanegaraan. 

Peninggalan Sejarah:
Jam Gadang: Menara jam bersejarah yang menjadi ikon Bukittinggi.
Istana Bung Hatta: Peninggalan bersejarah yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan.
Lubang Jepang: Terowongan peninggalan Jepang yang menjadi saksi bisu Perang Dunia II.
Fort de Kock: Benteng bersejarah peninggalan Belanda.
Rumah Kelahiran Bung Hatta: Tempat kelahiran Mohammad Hatta. 
- Bukittinggi menurut Tambo :
Menurut tambo, sejarah Bukittinggi terkait erat dengan sejarah Minangkabau secara umum, yang dimulai dari wilayah Pariangan di kaki Gunung Marapi. Pariangan kemudian menjadi pusat peradaban Minangkabau, dan wilayah ini terus berkembang ke berbagai daerah, termasuk ke Bukittinggi. Nama "Minangkabau" sendiri, menurut tambo, berasal dari cerita tentang adu kerbau yang dimenangkan oleh penduduk lokal melawan pasukan asing. 
Berikut adalah beberapa poin penting tentang sejarah Bukittinggi menurut tambo:
Pariangan sebagai Pusat Peradaban:
Pariangan, yang terletak di kaki Gunung Marapi, dianggap sebagai tempat asal dan pusat peradaban Minangkabau. 

Perkembangan dan Penyebaran:
Dari Pariangan, peradaban Minangkabau menyebar ke berbagai daerah, termasuk bukittinggi.

Tambo tidak hanya menjelaskan asal-usul Minangkabau, tetapi juga sejarah berbagai wilayah di Minangkabau, termasuk Bukittinggi. Tambo dianggap sebagai warisan budaya dan sejarah yang penting bagi masyarakat Minangkabau

- Asal usul Bukittinggi dari Suku Kurai
Asal-Usul Orang Kurai
Orang Kurai merupakan salah satu suku dalam etnis Minangkabau yang telah lama mendiami wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Bukittinggi. Mereka diyakini berasal dari kelompok masyarakat yang pertama kali menetap di daerah ini dan membangun struktur sosial yang kuat berdasarkan adat dan budaya Minangkabau. Sejarah mencatat bahwa Orang Kurai merupakan bagian dari masyarakat yang hidup dalam sistem nagari, yang menjadi tatanan pemerintahan tradisional Minangkabau.

Menurut cerita turun-temurun, nenek moyang Orang Kurai merupakan bagian dari kelompok yang melakukan migrasi dari daerah darek (dataran tinggi) Minangkabau menuju kawasan Bukit Cangang dan sekitarnya. Nama “Kurai” sendiri diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa Minang yang merujuk pada kelompok atau komunitas tertentu.

"Urang Kurai" bermigrasi dari Pariangan menuju Matohari Mati (kearah barat) melalui Nagari Limo Kaum, Tanah Datar.
Dari sana, rombongan migrasi itu menyusuri Pincuran Puti, Tanjuang Alam, Parik Putuih hingga berhenti dan bermukim di sebuah daerah yang diapit oleh dua sungai, yaitu Sungan Batang Buo yang kelak disebut Tambuo dan Sungai Batang Kurai yang kemudian disebut Tangkurai.

Secara logika, karena pemukiman tersebut diapit oleh dua sungai, masuk akallah kiranya jika masyarakat awal Nagari Kurai itu bermata pencarian utama sebagai petani. Mengingat aliran sungai merupakan daerah yang subur untuk ditanami hasil bumi.

Fakta Sejarah Orang Kurai
Bagian dari Luhak Agam
Orang Kurai termasuk dalam Luhak Agam, salah satu dari tiga luhak utama dalam adat Minangkabau. Luhak ini memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan Pagaruyung dan perkembangan adat Minangkabau.
Perlawanan terhadap Kolonial Belanda

Pada abad ke-19, Bukittinggi menjadi salah satu pusat kekuasaan kolonial Belanda dengan dibangunnya benteng Fort de Kock pada tahun 1825. Orang Kurai, bersama kelompok masyarakat lain, turut serta dalam berbagai perlawanan terhadap Belanda, terutama dalam Perang Paderi yang berlangsung dari 1803 hingga 1838.
Pusat Pemerintahan Masa Kolonial

Kontribusi dalam Pendidikan dan Perdagangan: 
Orang Kurai berperan penting dalam perkembangan pendidikan dan perdagangan di Bukittinggi. Kota ini menjadi tempat lahirnya banyak tokoh nasional, termasuk Mohammad Hatta, yang merupakan proklamator kemerdekaan Indonesia.

Peran Orang Kurai dalam Sejarah Bukittinggi
Sebagai kelompok masyarakat asli yang bermukim di Bukittinggi sejak lama, Orang Kurai memiliki peran penting dalam berbagai aspek, termasuk perdagangan, pertahanan, dan pemerintahan. Pada masa penjajahan Belanda, Bukittinggi menjadi salah satu pusat pemerintahan kolonial di Sumatera Barat, dan Orang Kurai turut berperan dalam perlawanan terhadap penjajah.

“Orang Kurai dikenal sebagai masyarakat yang tangguh dan memiliki jiwa dagang yang tinggi,” ujar seorang sejarawan Minangkabau. Sejak zaman dulu, mereka aktif dalam perdagangan dan menjadikan Bukittinggi sebagai pusat ekonomi di pedalaman Sumatera Barat.

Adat dan Budaya Orang Kurai
Sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau, Orang Kurai menjunjung tinggi adat istiadat yang masih lestari hingga saat ini. Sistem kekerabatan yang mereka anut adalah matrilineal, di mana garis keturunan diturunkan melalui pihak ibu. Hal ini berpengaruh pada pola kepemilikan tanah, harta pusaka, serta struktur sosial yang ada di dalam masyarakat.

Orang Kurai juga dikenal memiliki keahlian dalam berbagai seni dan tradisi Minangkabau, seperti randai, silat Minang, pantun minang atau petatah petitih dan seni ukir. Mereka mempertahankan nilai-nilai adat yang tetap relevan dengan perkembangan zaman, termasuk dalam sistem pemerintahan nagari yang masih dipertahankan di beberapa daerah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trip Bukittinggi - Padang

TRIP PERCUTIAN DI BUKITTINGGI PADANG 2025 BERCUTI, MELAWAT DAN MENIKMATI ATRAKSI SENI PESONA TRIP RANAH MINANG 5 HARI 4 MALAM ...